KEBERSAMAAN, LOYALITAS, DAN SOLIDARITAS DALAM BERORGANISASI


Tak ada persahabatan yang sempurna, yang ada hanya orang-orang yang berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankannya” sebuah petikan mengenai suatu persahabatan, mungkin akan tercermin dalam suatu organisasi. Namun organisasi bukanlah tempat dari sekelompok sahabat melainkan satu ‘TEAM KEKELUARGAAN’ yang kita miliki bersama. Team adalah kelompok yang cukup matang dengan derajat antara anggotanya dan ada motivasi untuk mencapai suatu sasaran bersama. Apalagi jika team tersebut didukung dengan rasa kekeluargaan yang sangat kental, maka akan tercipta suatu budaya organisasi klasik. Maksud dari adanya budaya organisasi klasik adalah rasa kekeluargaan yang muncul akan serta merta memunculkan rasa kebersamaan, loyalitas dan solidaritas yang secara tidak langsung akan mempererat hubungan kekerabatan dan rasa memiliki antarindividu dalam suatu organisasi.

Organisasi ibarat ‘rumah kesekian’ bagi khalayak umum, khususnya bagi remaja, pemuda, pelajar dan mahasiswa. Tanpa mereka sadari, organisasi memberikan banyak pengaruh terhadap karakter dan psikologis diri. Karena pada umumnya organisasi adalah kumpulan dari individu yang bersifat heterogen sehingga mereka harus belajar beradaptasi selain dengan suasana baru, juga dengan berbagai karakteristik individu yang memiliki variasi tertentu. Pluralisme inilah yang mendorong tumbuhnya rasa kekeluargaan yang memang muncul tanpa kita sadari dan menjadi sebuah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga kekerabatan yang telah terjalin. Sesungguhnya banyak hal positif yang diberikan oleh suatu organisasi yang intinya adalah suatu pengalaman dan pembelajaran berharga sebagai refleksi untuk pribadi kita.

Memperbanyak teman, belajar berbicara di muka umum, menambah pengalaman (melatih soft skills diri), ikut-ikutan teman, bahkan mencari pacar pun menjadi motivasi awal seseorang mengarungi dunia organisasi. Tentunya hal tersebut tidak salah karena dengan motivasi itu mereka terdorong untuk belajar dalam keanekaragaman individu yang tergabung dalam sebuah team untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan yang satu. Dalam mewujudkan hal itulah, mereka akan berproses mulai dari saling berinteraksi, mengenal, dan berkomunikasi sehingga pada output akan tercipta rasa saling memiliki (terasa seperti sebuah keluarga baru dengan adanya kebersamaan, loyalitas, dan solidaritas di dalamnya). Meskipun badai perdebatan, pertentangan, bahkan konflik yang sekiranya muncul tidak akan mampu menggoyahkan organisasi ini karena kekentalan rasa kekeluargaan yang erat, bagaikan pohon besar yang tetap kokoh berdiri meski diterpa badai. Karena itulah organisasi dan nyawa organisasi itu ditentukan oleh kita sebagai penghuni organisasi itu.

Berbagai kegiatan yang tercetus sebagai suatu program kerja dari organisasi merupakan suatu pemikiran kreatif dan kritis masyarakat yang bernaung di organisasi tersebut. Cerminan suatu bentuk kepedulian terhadap sesama maupun fenomena sosial yang terjadi sekaligus menjadi budaya organisasi bersangkutan. Untuk mewujudkan berbagai program kerja yang ada tentu memerlukan kerja sama antara pengurus karena tanpa adanya jalur koordinasi yang baik dan benar serta kerja sama, maka akan sulit merealisasikan program yang ditargetkan sehingga perlu adanya sifat loyalitas dari setiap anggota. Bukan hanya sekedar ada dalam organisasi tapi adanya suatu komitmen dan pengorbanan terhadap organisasi yang diikuti. Dalam kebersamaan tersebut, maka tanpa terasa akan muncul rasa setia kawan antara sesama anggota yang memperkuat/memperkokoh suatu organisasi.

Salah satu contoh sederhana adalah menghadiri acara dari salah satu anggota dalam organisasi. Meski tidak semua anggota turut serta berpartisipasi menghadiri acara tersebut, namun dapat dipetik suatu makna yaitu rasa memiliki. Mereka yang mengundang organisasi bersangkutan memiliki rasa kekeluargaan yang erat karena adanya solidaritas anggota dalam organisasi. Wujud dari rasa saling menghargai dan menghormati sesama anggota. Itulah salah satu budaya yang terbentuk secara alamiah dari intern organisasi yang secara tidak sadar telah kita pelajari langsung selama berproses di dalamnya. Bukan berarti hadir dengan kuantitas yang kecil tidak memiliki solidaritas, namun yang hadirlah yang memiliki kesempatan untuk bersilaturahmi sekaligus sebagai perwakilan dari suatu organisasi.

Dalam sebuah organisasi kuantitas memang penting tapi lebih penting lagi kualitas yang dihasilkan. Karena belum tentu dengan kuantitas yang besar memiliki kualitas yang besar pula. Sebaliknya kuantitas yang kecil terkadang mampu menunjukkan kualitas yang sangat baik. Sehingga tidak selalu kuantitas dan kualitas berbanding searah, utamanya dalam sebuah organisasi. Tapi alangkah baiknya jika kuantitas dan kualitas dalam organisasi berbanding searah karena hal tersebut akan menjadi modal dasar organisasi untuk tetap eksis dan memajukan organisasi bersangkutan. Semua itu juga sangat ditentukan oleh peranan pemimpin dan dukungan dari anggota organisasi dalam organisasi. Setiap individu di dalamnya memiliki karakteristik tersendiri dalam memimpin dan itu merupakan suatu seni memimpin yang membedakan antara individu satu dan lainnya. Pada akhirnya setiap jengkal langkah kita merupakan sebuah kepemimpinan dan suatu pembelajaran yang harus kita cermati bersama, Intinya dengan rasa memiliki secara alamiah akan tercipta rasa kebersamaan, loyalitas, dan solidaritas serta mau belajar yang akan membenahi sisi negatif yang muncul di tengah balutan sisi positif alamiah organisasi.

Belajar adalah proses jangka panjang dari apa yang kita pelajari, tidak akan langsung kita rasakan manfaatnya. Belajar adalah investasi yang baru akan menghasilkan manfaatnya dalam belasan atau puluhan tahun mendatang. Mati kita berinvestasi dalam ilmu, karena ilmu tidak akan pernah berkurang meskipun kita bagikan kepada banyak orang.

TETAP SEMANGAT DAN KOMPAK SELALU DALAM BERORGANISASI..


Comments

Popular posts from this blog

Teori Dasar Pengetahuan Api dan APAR